Hikmah Penciptaan Jin, Setan dan Iblis
Oleh : Ustadz Ir. Muh. Qasim Saguni, MA .
Orang-orang kafir menyangka bahwa ada diantara ciptaan Allah yang sia-sia, tidak memiliki manfaat dan hikmah. Anggapan ini dibantah sendiri oleh Allah Shubhana wa ta ‘ala dalam al-Qur’an surat Shād (38) ayat 27 yang berbunyi;
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ
Terjemahnya: Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka”.[1]
Dari ayat tersebut dapat dipahami, bahwa sesungguhnya tidak ada satupun yang diciptakan oleh Allah Shubhana wa ta’ala melainkan memiliki hikmah, sekalipun ada diantara ciptaan itu yang mudaratnya lebih besar daripada manfaatnya seperti judi dan khamar (lihat QS. Al-Baqarah (2): 219. Maka demikian halnya dengan penciptaan jin , setan dan Iblis, mereka diciptakan tentu memiliki hikmah.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam bukunya Syifā‘ Al-‘Alīl menjelaskan bahwa penciptaan jin , setan dan Iblis mengandung hikmah yang secara detail hanya Allah yang mengetahuinya. [2] Penulis kutipkan dengan meringkas dan merubah urutannya sebagai berikut:
- Tanda kebesaran Allah
Materi api mengadung daya bakar, daya hancur, ketinggian, perusakan, sinar, dan terang. Kemudian, materi tanah mengandung kebaikan dan keburukan, kesukaan, kedukaan, merah, hitam, putih, dan lain sebagainya. Dia menciptakan semuanya dengan hikmah yang sangat nyata dan tanda yang menunjukkan bahwa Allah seperti tercantum dalam firman-Nya di QS. Al-Syūrā (42):11 sebagai berikut:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ [3]
Terjemahnya: Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Dia. Dia MahaMendengar lagi Maha Melihat
- Memperlihatkan Kesempurnaan Kuasa Allah
Penciptaan makhluk yang memiliki karakter bertentangan adalah untuk memperlihatkan kesempurnaan kekuasaan Allah dalam menciptakan segala sesuatu. Dengan penciptaan yang bertentangan seperti siang dan malam, terang dan gelap, surga dan neraka, air dan api, semua itu akan lebih menunjukkan tanda-tanda kemampuan, kehendak, dan kekuasaan Allah Shubhanahu wa ta’ala
- Bukti Kesempurnaan Kuasa dan Wewenang Allah
Allah adalah Raja Diraja yang sempurna. Salah satu wujud kesempurnaan kerajaan-Nya adalah wewenangnya yang luas dan beragam, beragam pemberian pahala dan siksa, pemuliaan dan penghinaan, juga keadilah dan keutamaan. Ini sebagaimana Dia menciptakan mahluk yang akan menerima satu jenis perlakuan-Nya, Dia juga menciptakan mahluk yang akan menerima jenis lain perlakuan-Nya.
- Bukti Kesempurnaan Kebijaksanaan Allah
Salah satu nama Allah adalah Al-Hākim (Yang Maha Bijaksana), yang meniscayakan penempatan segala sesuatu sesuai denan tempatnya. Sifat ini menuntut penciptaan pertentangan serta pengistimewan salah satu pihak dengan hukum-hukum, sifat-sifat, dan keistimewaan yang tidak diberikan kepada pihak lain.
- Ujian dan Cobaan bagi Manusia
Allah menciptakan jin, setan dan Iblis sebagai batu penguji bagi hamba-Nya yang lain, agar Dia mengetahui kualitas keimanan hamba-Nya. Dia menciptakan manusia dari tanah yang mengandung suka atau duka, serta kebaikan atau keburukan, sehingga Dia harus mengeksploitasi kandungan bahan penciptaan tersebut.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Tirmidzī disebutkan bahwa Allah menciptakan Ādam AS dari segenggam tanah yang berasal dari seluruh bumi, lalu lahirlah keturunannya seperti itu. Ada yang baik dan ada yang jelek, ada yang senang dan ada yang sedih, dan sebagainya. Hikmah inilah meniscayakan pemunculan dan penampakan eksistensi diri manusia, sehingga harus ada yang menjadi sebab tersebut. Untuk itu, Allah menjadikan Iblis sebagai penguji antara hamba dengan diri-Nya yang baik dengan yang buruk, sebagaimana dia menjadikan para nabi dan para rasul sebagai pembeda. (Lihat QS. Āli ‘Imrān (3): 179).
- Penentu Tingkatan Ibadah
Dengan adanya setan, para nabi dan wali (orang-orang beriman) wajib memerangi dan menentang setan serta para pengikutnya.
Para nabi dan wali (orang-orang beriman) wajib pula memaksa setan untuk tunduk kepada-Nya, sehingga mereka kesal dan marah.
Manusia-manusia terbaik yang diciptakan Allah itu berkewajiban untuk berlindung dan bersandar kepada-Nya agar selalu dilindungi dari kejahatan dan tipu daya setan. Kesemuanya itu akan mewujudkan maslahat untuk manusia baik duniawi maupun ukhrawi. Hal tersebut tidak akan terwujud tanpa keberadaan setan.
- Manusia Semakin Takut akan Dosa
Para malaikat dan manusia akan menjadi takut melakukan dosa setelah menyaksikan keadaan Iblis yang jatuh dari golongan yang setingkat dengan malaikat menjadi golongan setan. Dengan menyaksikan hal tersebut, dalam diri malaikat lahir suatu ‘ubūdiyyah (penghambaan) dalam bentuk yang lain. Bentuk ketundukan dan ketakwaan kepada Allah Shubhana wa ta’ala yang berbeda dengan sebelumnya.
Hal ini bisa digambarkan seperti keadaan para budak yang menyaksikan seorang kawannya disiksa oleh tuan mereka. Rasa takut dan kewaspadaan mereka pasti lebih tinggi.
- Pelajaran Bagi Orang Yang Mau Belajar
Allah menjadikan penciptaan jin , setan dan Iblis sebagai pelajaran bagi orang-orang yang menantang perintah-Nya, sombong dan terus-menerus berbuat maksiat kepada-Nya. Sama halnya menjadi dosa Ādam AS sebagai pelajaran bagi yang melanggar larangan-Nya, agar mengubar diri dan kembali kepada-Nya. Artinya, keduanya sama-sama diuji dengan dosa. Namun, Allah mejadikan bapak moyang jin sebagai pelajaran bagi orang yang terus-menerus berbuat dosa, sedangkan bapak moyang manusia sebagai pelajaran bagi orang yang ingin mengubah diri dan kembali kepada-Nya. Allah menyimpan hikmah dan tanda-tanda yang sangat jelas dalam hal ini.
- Kualitas Sesuatu Terlihat dengan Melihat Pembanding.
Penciptaan pembanding sesuatu merupakan bagian dari penyempurnaan kebaikan tersebut. Sebab, kualitas sesuatu dapat terlihat melalui pembandingnya. Kalau bukan karena keburukan, maka keutamaan kebaikan tidak akan diketahui.
- Untuk Mewujudkan Rasa Syukur
Allah sangat senang bila manusia bersyukur secara benar dengan berbagai cara. Jelas, bentuk rasa syukur para nabi dan wali Allah berbeda (semakin banyak bersyukur) daripada sebelum adanya Iblis. Rasa syukur Ādam AS ketika masih berada di dalam syurga sangat berbeda dibandingkan dengan rasa syukurnya setelah terusir dari surga.
- Penciptaan Lahan Ibadah
Cinta, inābah (kembali pada Allah), berpasrah diri, dalam keridhaan, merupakan bentuk ibadah yang paling dicintai Allah. Bentuk ibadah semacam ini tidak dapat terwujud kecuali melalui jihad, mempertaruhkan nama hanya demi Allah, dan lebih mengutamakan cinta kepada-Nya dari pada selain-Nya. Karena jihad merupakan puncak ibadah yang paling tinggi dan paling disukai Allah Shubhana wa ta’ala, maka penciptaan setan dan Iblis menjadi lahan ibadah dengan berbagai konsekuensinya, yang dapat memberikan hikmah, manfaat, dan maslahat yang sangat banyak.
- Memperlihatkan Relasi Nama-Nama Allah ( al-Asmā al-Husnā)
Beberapa nama Allah meniscayakan adanya relasi yang menyingkap hukum-hukum-Nya. Relasi dari kesemua nama itu harus terungkapkan. Salah satu hikmah penciptaan setan adalah untuk menyingkapkan hal itu.
- Allah Sandaran dan Pelindung Para Kekasih-Nya
Dalam hal ini, Ibn Qayyim Al-Jauziyyah menegaskan bahwa sifat dan tindakan kesempurnaan, kemurahan, dan sanjungan Allah dapat berarti Dia selalu memberi, menganugerahi, dan menghadiahi. Hal yang sama juga dapat berarti Dia selalu melindungi, membantu, dan menolong.
Dengan demikian, Allah sangat senang menjadi tempat bersandarnya hamba yang ingin bersandar. Letak kesempurnaan para raja adalah ketika para pengikutnya bersandar dan berlindung kepada raja-raja itu.
Perlindungan dan penyelamatan Allah dari musuh-musuhnya bukanlah bentuk nikmat yang rendah. Allah senang jika nikmat-Nya sempurna. Demikian pula jika pertolongan dan perlindungan-Nya kepada orang-orang yang beriman jelas terlihat, hingga mereka dapat mengalahkan musuh-musuhnya. Sebab, semua itu merupakan kenikmatan yang menyempurnakan kesenangan yang telah manusia rasakan, dan keadilan yang membuat hamba Allah Shubhana wa ta’ala perkasa di mata musuh-musuhnya.
Wallahu ‘Alam Bi-Ash Shawab
——————————————————————
[1] Dewan Penterjemah Al-Qur’an bahasa Indonesia, Op.cit., h. 736
[2] Ibn Qayyim Al-Jauziyyah, Syifā‘ Al-‘Alīl fī Masāil al-Qadhā wa Al-Taqdīr wa Al-Hikmah wa Al-Ta’līl, (Cet. III; Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.th), h.392 – 396
[3] Dewan Penterjemah Al-Qur’an bahasa Indonesia, Op.cit., h. 784
Baca Juga >>
Zaman Semakin Dekat, Amalan Kian Berkurang, Banyaknya Pembunuhan