Penulisan Bible dan Ayat-Ayatnya yang Tak Otentik (01)
Oleh: Saftani Muhammad Ridwan, MA.
Para pakar Alkitab dan sejarawan sependapat bahwa dalam kitab perjanjian baru tidak semua surat ditulis oleh Paulus sekalipun mengatasnamakan Paulus. Semua Injil yang ditulis dalam Perjanjian Baru ditulis oleh orang-orang misterius yang tidak dikenal. Prof. Sanders seorang ahli sejarah mengatakan bahwa “kita tidak tahu siapa yang menulis Injil. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa injil-injil tetap tidak berjudul sampai tahun 150-an dan saya telah memeriksa bukti-butinya dimana-mana. Injil sebagaimana yang kita miliki sekarang telah dikutip sebelum tahun 150-an, tetapi tanpa nama dan nama-nama penulis tiba-tiba muncul sekitar tahun 180-an”. Orang-orang yang menulis injil diperkirakan adalah orang-orang Romawi pengikut Paulus yang menulis Injil bukan untuk bacaan umat Yahudi (umatnya Yesus) namun untuk kepentingan orang-orang Romawi penganut filsafat Yunani.
Terdapat lebih dari 300 Injil yang berbeda yang tersebar di masing-masing Gereja tanpa diketahui siapa penulisnya. Beberapa contoh injil yang masih bisa diidentifikasi namun dianggap apokrif dan tidak dimasukkan ke dalam kanonisasi Alkitab diantaranya: Injil Maria, Injil Kelahiran Maria, Injil Matthias, Injil Merinthus, Injil Menurut Kaum Nazaret, Dialog Sang Juru Selamat, Injil Nikomedus, Injil Andreas, Injil Kesempurnaan, Injil Apelles, Injil Petrus, Injil Bardesanes, Injil Philipus, Injil Barnabas, Injil Pseudo-Matius, Injil Bartelomeus, Injil Scythianus, Injil Basilides, Injil Tujuh Puluh, Injil Thaddaeus, Injil Thomas, Injil Hawa, Injil Titan, Injil Ebionit, Injil Kebenaran, Injil Orang-orang Mesir, Injil Dua Belas Rasul, Injil Encratites, Injil Valentinus, Injil Empat Wilayah Surgawi, Protevangelion James, Injil Orang-orang Ibrani, Injil Rahasia Markus, Injil Hesychius, Injil Tomas tentang Masa Kecil Yesus Kristus, Injil Masa Kecil Yesus Kristus, Injil Judas Iskariot, Injil Jude, Injil Marcion, Injil Mani dan masih banyak lagi. Pemberian nama-nama Injil yang baru diberikan sekitar tahun 180 adalah untuk kepentingan mempertahankan Injil-Injil agar masuk dalam kanonisasi Alkitab. Jadi jika pembaca melihat nama Matius atau Markus atau Yohannes dalam Alkitab jangan sekali-kali membayangkan bahwa semua isi Injil tersebut yang mencantumkan nama mereka adalah tulisan mereka. Ini hanyalah upaya Gereja mencatut nama mereka agar sidang kanonisasi mau menerimanya masuk dalam Alkitab (Bible).
Dengan mencantumkan nama-nama murid Yesus berarti Injil tersebut harus diterima karena dianggap bahwa ia ditulis oleh saksi mata kehidupan Yesus. Oleh karena itu jika pembaca melihat bahwa Matius dan Markus telah melantik Yesus menjadi anak Allah atau Yohannes melantik Yesus menjadi Logos penyembah berhala maka jangan kaget atau terkecoh. Janganlah kita beranggapan bahwa Matius yang murid Yesus dan hidup siang malam dengan Yesus dan sama-sama orang Yahudi akan lancang mengatakan bahwa Yesus anak Allah seperti ajaran Platonis yang dipromosikan oleh Paulus, sama halnya memakan babi yang tidak pernah diperintahkan oleh Yesus. Jangan pula terkecoh bahwa Yohannes yang murid Yesus akan tega menghianati tuannya dengan melantiknya menjadi Logos penyembah berhala yang turun dari Sorga ke dunia untuk menebus dosa manusia sebagaimana yang dipromosikan oleh Paulus kepada jemaat di Filipi. Semuanya itu adalah hasil kerja para pengikut Paulus yang setia kepada tuannya.
Demikian pula Gereja yang tetap saja menyembunyikan kepada jemaatnya kenyataan bahwa Injil yang mereka pilih sesungguhnya bukan hasil kerja murid-murid Yesus. Uskup John Shelby Spong dalam bukunya Why Christianity Must Change or Die mengatakan “Saya yakin bahwa para penulis Injil-Injil Markus, Matius dan Lukas bukanlah saksi mata dan bahkan Injil-Injil ini malah tidak didasarkan pada catatan-catatan para saksi mata kehidupan Yesus.”
Mari kita lihat sebuah ayat yang menjadi contoh bahwa ia ditulis oleh orang ketiga. Dalam Matius 9:9 dikatakan “Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seseorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya, ikutlah aku, maka berdirilah Matius lalu mengikuti dia”.
Mari kita analisis ayat ini. Kata Ia dan dia yang dimaksudkan untuk Yesus dan kata nya pada kepadanya yang dimaksudkan untuk Matius, merupakan ungkapan kata ganti orang ketiga yang diucapkan oleh penulis ayat tersebut. Jika ayat ini benar ditulis oleh Matius seharusnya berbunyi seperti berikut :
“Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihatku duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadaku, ikutlah aku, maka berdirilah aku lalu mengikuti dia”.
Dari ayat di atas jelas bahwa ada orang ketiga yang menulis Injil yang tidak diketahui siapa mereka. Dan terdapat banyak ayat-ayat serupa baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Dalam lima kitab awal pada Perjanjian Lama juga terdapat ayat-ayat yang menunjukkan keanehan karena Musa tidak berkata langsung kepada Tuhan namun ada orang ketiga yang bercerita tentang Musa, seperti kisah kematian Musa yang dijelaskan dalam kitab Kejadian 34:5-8.
Beberapa bukti lain bahwa banyak ayat-ayat yang merupakan tambahan dalam Bible seperti ayat-ayat yang digunakan oleh para missionaris untuk mengabarkan Injil ke seluruh dunia. Hugh J.Schonfield dalam bukunya The Original New Testament hal.124menjelaskan bahwa ayat Matius 28:15 nampak sebagai akhir dari Injil Matius dan ayat-ayat selanjutnya Matius 28:16-20 dari kandungan pernyataannya baru ditambahkan kemudian. Selanjutnya Injil Markus seharusnya berakhir pada pasal 16:8. Injil Markus dalam buku The Five Gospels yang disusun oleh Robert W.Funk dan beberapa pakar kitab suci lainnya langsung mengakhiri Injil Markus pada Markus 16:8 tanpa penjelasan. Adapun kitab Revise Standard Version juga menutup Injil Markus pada pasal 16:8 dan menempatkan ayat 9-20 pada catatan kaki (footnote).
Penambahan-penambahan ayat ini menurut Funk merupakan pekerjaan beberapa evangelist sebagaimana beliau nyatakan dalam The Five Gospel halaman 35. Adapun Lembaga Biblika Indonesia dalam mengomentari Markus 9:44 dan 46 menyatakan mengenai kedua ayat tersebut bahwa “ayat-ayat ini tidak terdapat dalam naskah yang paling baik dan hanya merupakan ulangan dari ayat 48. Kedua ayat ini pasti tidak asli” (Kitab suci Perjanjian Baru, 1978/1979, hal.115). Demikian juga Injil Lukas tidak luput dari penambahan ayat, misalnya pasal 23:17 dimana Lembaga Biblika Indonesia menyatakan bahwa “kebanyakan naskah tidak memuat ayat ini dan kiranya tidak asli” (Kitab suci Perjanjian Baru, 1978/1979, hal.194). Penjelasan yang sama oleh Lembaga Biblika Indonesia mengenai Injil Yohannes 7:53 hingga 8:11 juga menyebutkan bahwa kedua belas ayat ini tidak terdapat dalam naskah paling tua, terjemahan kuno dan bahkan tidak dikenal oleh pujangga-pujangga Gereja yang paling dahulu.
Selain itu juga terdapat beberapa ayat yang memiliki nomor ayat sama dengan dipisahkan oleh kode abjad untuk membedakannya dengan ayat sebelumnya. Seperti dalam Injil Lukas pasal 9 ayat 43a dan 43b. Apa arti semua ini ?, apakah ayat buatan Tuhan menggunakan kode-kode sandi seperti ini ?.
Dalam buku The Five Gospels yang dipublikasikan tahun 1993 oleh 74 pakar Theologi terkemuka di Amerika yang merupakan hasil penelitian mendalam terhadap Perjanjian Baru disebutkan bahwa para pakar tersebut mengakui hanya 18% dari seluruh kata-kata yang terdapat dalam Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohannes yang dianggap benar-benar sebagai perkatan Yesus. Sisanya 82% diyakini merupakan perkataan para penulis Injil yang tidak jelas siapa mereka dan mereka juga bukan murid-murid Yesus yang sesungguhnya. Sehingga para pakar bibliologi tersebut akhirnya berkesimpulan sebagaimana tertulis dalam The Five Gospel, What did Jesus Really Say halaman 5, bahwa “82 percent of the words ascribed to Jesus in The Gospel were not actually spoken by him.” (82 persen kalimat yang disebut-sebut sebagai ucapan Yesus dalam kitab-kitab Injil sebenarnya bukan ucapan Yesus).
Dengan demikian jelas bahwa banyak sekali ayat-ayat yang selama ini dijadikan acuan keimanan umat Kristiani dalam Injil mereka justeru bukan perkatan Yesus namun perkatan orang-orang Romawi pengikut Paulus yang mencampuradukkan ajaran filsafat dengan konsep tauhid nabi Isa. Maka tidak heran jika umat Islam selalu menolak kitab Injil saat ini karena telah terjadi perubahan dan pemalsuan paling tidak terhadap sekitar delapan puluh dua persen isinya.
Mari kita lihat beberapa contoh ayat dalam Injil tersebut yang sangat mustahil disandarkan sebagai perkataan Yesus dan mustahil dibuktikan oleh umat Kristiani. Dalam Matius 17:20 disebutkan “Ia berkata kepada mereka; karena kamu kurang percaya, sebab Aku berkata kepadamu sesungguhnya jika kamu memiliki iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini pindah dari tempat ini ke sana maka gunung ini akan pindah dan takkan ada yang mustahil bagimu”. Sekarang mari kita minta umat Kristiani yang memiliki iman sekecil apapun apakah mereka bisa melakukan hal seperti ayat di atas?. Memindahkan sebuah gunung ke tempat lain, tentu suatu kemustahilan.
Selanjutnya dalam Markus 16:16-17 tentang siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, kemudian dikatakan bahwa tanda-tanda yang menyertai orang-orang yang percaya Kristus diantaranya adalah jikameminum racun maut dia tidak akan celaka. Sekarang kita persilakan umat Kristiani yang mengaku percaya akan Kristus untuk meminum racun apa saja untuk menunjukkan keimanan mereka. Apakah mereka mau melakukannya ?.
Berikut ayat tentang mencungkil mata, “Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada seluruh tubuhmu dicampakkan ke dalam neraka” (Matius 5:29). Mengapa tidak ada umat Kristiani yang melakukan hal ini?, bukankah hampir setiap hari kebanyakan dari kita berbuat dosa dari mata kita. (Bersambung…)
Related Posts
« Mengkaji Ulang Makna Toleransi Penulisan Bible dan Ayat-Ayatnya yang Tak Otentik (02) »