Fokuslah Pada Kebaikan
Oleh : Ustadz Askaryaman, S.Pd., M.Pd
(Praktisi Anak & Remaja)
Dalam sebuah pelatihan motivasi, sang motivator muda mengambil sebuah kertas putih dan spidol hitam kemudian memperlihatkan kepada peserta dan berkata “teman-teman, coba perhatikan kertas putih ini”. ia lalu membuat dua titik hitam pada kertas tersebut, satu titik hitam disebelah kiri dan lainnya disebelah kanan. Kemudian Ia bertanya kepada para peserta, “apa yang kalian lihat pada kertas ini??“, dengan semangat dan serentak, seluruh peserta pelatihan menjawab “dua titik hitam!!!!”. sang motivator bertanya sekali lagi “coba kalian fokus dan perhatikan kembali, apa yang kalian lihat?”, maka peserta menjawab dengan lantang dan mantap “dua titik hitam pak, tidak ada lagi yang lain”.
Dengan tersenyum sang motivator muda berkata, “kenapa semua hanya fokus pada dua titik hitam saja, begitu banyak warna putih dikertas ini, namun kok yang terlihat cuma titik hitam”. Para peserta pun dengan agak malu berkata “oh iya ya, kok nggak terlihat, padahal begitu banyak warna putih dikertas itu, kok kita hanya fokus pada titik hitamnya saja”.
Kisah diatas hanyalah merupakan gambaran betapa kita manusia sering hanya melihat sisi buruk dan sisi jeleknya saja. Mengapa kita tidak merubah mindset kita untuk melihat yang lebih luas dari pada hanya fokus pada hal-hal yang sepele.
Begitu seringnya kita kecewa dengan kehidupan kita dan mengatakan, “yah apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur”. Mengapa kita tidak mengatakan “Alhamdulillah, kalau nasi sudah menjadi bubur, tidak masalah, karena tinggal kita kreasikan sedikit saja seperti kita berikan ayam siwir-siwir kecil diatasnya, ditambah dengan daun bawang goreng dan sedikit sambel, wah akan menjadi hidangan yg sangat lezat untuk menyambut pagi yang indah”
Kadang hanya terlambat 15 menit, seorang guru menyuruh pulang siswanya dengan dalih kedisiplinan. Mengapa hanya karena 15 menit, siswa itu harus tidak mendapatkan pelajaran selama 8 jam disekolah. bukankah lebih banyak mudhoratnya jika ia dipulangkan ? Tentu saja Siswa tersebut khawatir pulang kerumah, karena takut dimarahi oleh orang tuanya. Maka ia akan ke warnet, atau kesekolah lain atau melakukan hal-hal yang tidak ada manfaat untuk mengisi 8 jam kekosongannya. Mengapa kita guru tidak berfikir positif, untuk mengatakan kepada siswa itu, “ya ndak apalah nak, yang penting kamu datang, itu juga sudah sebuah kesyukuran, dari pada kamu bolos. tapi sekolah ini punya aturan, yang terlambat ada sanksinya. Jadi bapak minta maaf kalau ananda akan diberi sanksi itu. Tapi kalau ananda tidak mau mendapat sanksi, kalau boleh ananda tidak terlambat lagi besok”. Jika ini yang dilakukan, maka 8 jam akan efektif untuk anak itu, ketimbang hanya karena 15 menit , hilanglah yang 8 jam.
Seorang siswi malu datang kesekolah hanya karena satu jerawat yang nongol dipipinya. Wah, kok hanya karena satu jerawat, ananda tidak kesekolah ? kata sorang guru. Apakah jerawatmu nak yang belajar ?, Kok hanya karena satu jerawat, ananda tidak kesekolah untuk mendapatkan kebaikan yang begitu banyak. Janganlah fokus pada jerawatnya, tapi fokus pada masa depan.
Sebuah keluarga yang dibina selama 12 tahun, terkadang harus karam hanya karena beberapa persoalan sepele. Kenapa kita tidak berfikir, bukankah selama 12 tahun begitu banyak masa-masa indah bersama dengan suamiku, berapa banyak kebaikannya, dan anak-anak yang tumbuh semakin besar itu juga karena kebaikan dan budi baiknya. Mengapa karena satu dua kesalahannya, saya harus minta cerai ?. Mengapa kita tidak menimbang, selama 12 tahun anda membangun rumah tangga, yang mana lebih banyak kebaikan atau keburukannya. pastilah kebaikannya lebih banyak. Mari coba kita berfikir jernih, sebab yang korban akan banyak, anak akan terbengkalai, hilanglah rasa hormat anak pada orang tuanya, retaknya hubungan kedua keluarga besar, dan banyak lagi yang lain.
Seorang remaja mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri hanya karena melihat pacarnya selingkuh dengan wanita lain. Kesian bener nasib remaja kita ini. Mengapa ia tidak berfikir bahwa masih banyak laki-laki lain diluar sana, yang boleh jadi salah satunya akan menjadi pendamping setia sebagai suaminya. Mengapa ia tidak berfikir dan mengucap syukur seraya berkata “Alhamdulillah, Allah telah membukakan kepada saya, siapa laki-laki itu sebenarnya. Rupanya ia hanya mempermainkan saya saja. syukur masih pacar, andaikan ia sudah jadi suami, maka akan lebih hancurlah hidup saya, syukur Alhamdulillah Allah telah membukakan pintu mata saya, akan kebejatan laki-laki itu, semoga saya mendapatkan laki-laki yang dapt memantaskan saya sebagai seorang wanita dan dapat melabuhkan rasa cintanya dalam ikatan suci pernikahan”. Mari para remaja, lihatlah beberapa sisi yang jauh lebih besar, lihatlah bahwa masa depan itu yang harus kita raih. Jangan hanya karena nikmat sesaat yang anda kejar, mengorbankan masa depan anda, bahkan akan menghancurkan kebaikan yang begitu banyak dimasa depan.
Semoga segalanya bermanfaat, lihatlah sisi positifnya dan jadikan sisi negatif dalam hidup kita sebagai pelajaran berharga.
Hmmmm, rupanya warna putih jauh lebih banyak dari pada dua titik hitam yang ada dikertas itu.
Baca Juga >>
Kisah Tiga Orang Pemuda dalam Goa
Related Posts
« Hendak Kau Bawa Kemana Generasiku Habis Manis Sepah Dibuang »