Hujan dan Tanda Kebesaran Allah
Ma’asyiral muslimin yang insya Allah dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Mudah-mudahan kita selalu dalam ketaqwaan kepada Allah sehingga kita meraih ketenangan, ketentraman, dan kedamaian hidup, karena barang siapa yang mengaplikasikan ketakwaaan dalam bentuk ketaatan yang sempurna kepada Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya shallahu’alaihi wasallam, akan diampuni dosa-dosanya Allah berfirman:
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً ﴿٧١﴾
“Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al- Ahzab: 71).
Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah subhanahu wata’ala,
Akhir-akhir ini, kita telah melihat dan menyaksikan dengan mata telanjang kita, bagaimana fenomena alam yang di dalamnya terdapat tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah subhanahu wata’ala. Fenomena alam baik dalam bentuk hujan, dalam bentuk angin, (dan tanah longsor) telah mendatangkan petaka dan bencana, telah mendatangkan musibah, atas ummat manusia. Musibah dan petaka yang tidak ringan, petaka musibah yang telah menelan korban jiwa, ratusan bahkan jutaan manusia.
Angin merupakan sesuatu yang lembut, demikian pula air yang diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala dalam bentuk tetesan-tetesan yang begitu kecil ringan, tetapi ia bisa berubah menjadi sesuatu yang dahsyat dan maha kuat serta mengobrak-abrik apa saja yang ia lintasi, Air yang diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala dari lagit-Nya, sejatinya awalnya, adalah nikmat Allah atas ummat manusia karena ia dibutuhkan bagi setiap kita yang telah menikmatinya. Sehingga Kita perlu Mengucapkan kesyukuran kepada Allah subhanahu wata’ala. Mengaplikasikan kesyukuran itu dalam bentuk ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala.
Bukankah di dalam Al-Qur’an Allah subhanahu wata’ala menegaskan,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿٢١﴾
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 21).
Pada ayat ini memuat tentang perintah untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, pada ayat selanjutnya Allah mengingatkan kepada kita tentang nikmat-nikmat-Nya agar kita tersentak sadar dan terdorong untuk mau taat kepada Allah subhanahu wata’ala.
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٢٢﴾.
“Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2] : 22).
.
Bahkan air yang diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala dari langit-Nya, selain dia merupakan rezeki dari Nya, dia juga menjadi sumber kehidupan makhluk yang ada di bumi ini. Firman-Nya
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقاً فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاء كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ ﴿٣٠﴾
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiyaa: 30).
Oleh karenanya, Allah subhanahu wata’ala senantiasa mengingatkan kepada kita, tentang berbagai macam nikmat-Nya, termasuk air yang la turunkan dari langit-Nya, agar kemudian kita sadar dan mau terdorong untuk bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala. Karena dengan kesyukuran, setelah kita mendapatkan rezeki-rezeki-Nya, Allah subhanahu wata’ala akan memberkahi rezeki-rezeki tersebut dalam kehidupan kita. Tidak akan menjadikan rezeki-rezeki tersebut sebagai sumber malapetaka, sebagai sumber bencana, bagi kita.
Banyak didalam Al-Qur’an ayat yang menegaskan dan mengingatkan kepada kita tentang bagaimana rezeki Allah subhanahu wata’ala diturunkan dalam bentuk air. Di dalam surat Al-Anfal Allah menyebutkan :
إِذْ يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً مِّنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُم مِّن السَّمَاء مَاء لِّيُطَهِّرَكُم بِهِ وَيُذْهِبَ عَنكُمْ رِجْزَ الشَّيْطَانِ وَلِيَرْبِطَ عَلَى قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الأَقْدَامَ ﴿١١﴾
“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki (mu).”(QS. Al-Anfaal: 11).
Ketika air tersebut kita gunakan untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala. Di dalam ayat yang lain, Allah subhanahu wata’ala mengingatkan kepada kita Lalu kami menurunkan kepada kalian air dari langit. Lalu kami meminumkan kalian dengan air tersebut dan bukanlah kalian yang menampung air tersebut di langit Allah subhanahu wata’ala. Di dalam ayat yang lain, Allah subhanahu wata’ala menjelaskan,
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لَّكُم مِّنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ ﴿١٠﴾ يُنبِتُ لَكُم بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالأَعْنَابَ وَمِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ ﴿١١﴾
“Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. An-Nahl:10-11).
(Oleh : Ustadz Fadlan Akbar, Lc., M.H.I ditranskip dari mimbar Jum’at)
(kat. kunci :dampak hujan, dampak hujan, dampak hujan)
Related Posts
« Mengajarkan Al Qu’ran adalah Misi Nabi Pengertian Dosa Besar »