Mencintai Sahabat Nabi ﷺ

Jul 31 • Aqidah • 2745 Views • No Comments on Mencintai Sahabat Nabi ﷺ

Keyakinan dan ideologi akan adil dan keutamaan para Sahabat merupakan madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yang demikian itu karena Allah Ta’ala telah menyanjung mereka dalam Al-Qur’an, dan As Sunnah An Nabawiyyah telah membicarakan sanjungan terhadap mereka, apalagi  nash-nash akan hal semacam ini yang sampainya kepada kita secara mutawatir bisa kita dapati di banyak model ayat Al-Qur’an atau Hadits yang menunjukkan bukti yang jelas bahwa memang sesungguhnya Allah Ta’ala telah memberikan kepada mereka banyak keutamaan–keutamaan, dan menghususkan mereka dengan sifat–sifat yang paling mulia, mereka meraih dengan yang demikian itu kemulyaan yang luhur dan derajat yang tinggi di sisi-Nya ; dan sesungguhnya Allah Ta’ala memilihkan bagi Risalahnya tempat yang sangat layak di hati-hati para hambanya yang bisa mewarisi Risalah kenabian ini, yaitu mereka yang bisa mengemban syukur akan nikmat ini dan sesuai dengan kemulyaan ini ; sebagaimana firman Allah Ta’ala :

اللهُأعلَمُحيْثُيجْعَلُرِىسالَتَهُ

 “Allah Yang Maha Mengetahui sekiranya di mana Dia menempatkan risalah Nya.” Al An’am: 124.

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata : Maka Allah Yang Maha Suci Yang Maha Mengetahui di mana akan menempatkan Risalah–risalah Nya sebagai tonggak dasar dan sumber hukum lalu siapa-siapa saja yang kelak akan mewarisinya ; maka Dialah Dzat yang Maha Mengetahui siapa saja yang layak mengemban Risalah-Nya dan siapa yang tidak layak mengemban Risalah ini dari umat-umat-Nya, maka mereka yang layak akan mengimplementasikannya kepada seluruh hamba-hamba-Nya dengan penuh Amanah yang didasari dengan semangat, senantiasa memberikan nasihat kepada sesama, mengagungkan pengemban Risalah dan melaksanakan serta memenuhi segala hak-haknya, selalu bersabar dalam menjalankan perintah – perintahnya dan mensyukuri segala macam nikmat Nya dengan senantiasa bertaqarrub kepada Nya, demikian pula Allah Subhanahu Wata’ala Yang Maha Mengetahui siapa saja di antara umat-umat Nya yang layak mewarisi para Utusan Nya sebagai pengganti mereka dan menjalankan kekhalifaan mereka, serta mengemban dan melanjutkan apa yang mereka sampaikan dari Tuhan mereka ” (Dari kitab Thariqul Hijratain, halaman 171 ).

 

Allah Ta’ala berfirman,

وَكَذَلِكَفَتَنَّابَعْضَهُمْبِبَعْضٍلِيَقُولُواأَهَؤُلاءِمَنَّاللَّهُعَلَيْهِمْمِنْبَيْنِنَاأَلَيْسَاللَّهُبِأَعْلَمَبِالشَّاكِرِينَ

“Dan demikianlah telah kami uji sebagaian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagaian mereka (orang-orang yang miskin), supaya (orang-orang yang kaya) itu berkata: Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugrah oleh Allah kepada mereka ? (Allah berfirman) : Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)? (Al-An’am: 53).

 

Syaikh As-Sa’di Rahimahullah berkata :

“Mereka yang mendapatkan kenikmatan, mengerti siapa yang memberi kenikmatan tersebut lalu menetapkannya dan melaksanakan segala bentuk konsekwensinya  dengan beramal shaleh, kemudian Allah mencurahkan keutamaan dan pemberian-Nya kepada mereka orang-orang yang bersyukur, karena sesungguhnya Allah Ta’ala Maha  Bijaksana dan tidak akan mencurahkan keutamaan Nya kepada orang yang tidak layak mendapatkannya yaitu orang-orang yang tidak bersyukur ”.

 

Sebagaimana terdapat ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits-hadits Nabi ﷺ tentang keutamaan dan keluhuran kedudukan mereka, terdapat pula sebab-sebab yang menyebutkan mengapa mereka para Sahabat radhiyallahu’anhum berhak dan layak mendapatkan kedudukan yang tinggi ini, di antaranya Firman Allah Ta’ala :

 

﴿مُحَمَّدٌرَسولُاللَّهِوَالَّذينَمَعَهُأَشِدّاءُعَلَىالكُفّارِرُحَماءُبَينَهُمتَراهُمرُكَّعًاسُجَّدًايَبتَغونَفَضلًامِنَاللَّهِوَرِضوانًاسيماهُمفيوُجوهِهِممِنأَثَرِالسُّجودِذلِكَمَثَلُهُمفِيالتَّوراةِوَمَثَلُهُمفِيالإِنجيلِكَزَرعٍأَخرَجَشَطأَهُفَآزَرَهُفَاستَغلَظَفَاستَوىعَلىسوقِهِيُعجِبُالزُّرّاعَلِيَغيظَبِهِمُالكُفّارَوَعَدَاللَّهُالَّذينَآمَنواوَعَمِلُواالصّالِحاتِمِنهُممَغفِرَةًوَأَجرًاعَظيمًا﴾

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka : kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridlaan Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat dan menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” (Al Fath: 29).

Dan diantara wajibnya pengagungan atas ketinggian dan keluhuran kedudukan para sahabat, adalah kesaksian Allah Ta’ala bagi mereka tentang kejernihan hati mereka dan kejujuran keimanan mereka, dan demi Allah yang demikian itu merupakan kesaksian agung dari Tuhan semesta alam, yang tidak mungkin sembarang orang mendapatkan dan memperolehnya setelah berakhir dan terhentinya wahyu, firman Allah Ta’ala menyebutkan:

 

لَقَدْرَضِيَاللَّهُعَنِالْمُؤْمِنِينَإِذْيُبَايِعُونَكَتَحْتَالشَّجَرَةِفَعَلِمَمَافِيقُلُوبِهِمْفَأَنزَلَالسَّكِينَةَعَلَيْهِمْوَأَثَابَهُمْفَتْحاًقَرِيباً

“Sesungguhnya Allah telah ridlo terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berbai’at kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat.” (Al-Fath: 18).

>>> Baca Juga : Jangan Mencela Sahabat Nabi <<<

Ibnu Katsir Rahimahullah dalam tafsirnya Tafsir Al Quran Al ‘Adzim ” mengatakan tentang penafsiran  فعلممافيقلوبهمyaitu : Pengetahuan Allah  tentang kejujuran, kebiasaan menepati janji, kebiasaan mendengar dan taat kepada perintah.

 

Dan alangkah indahnya apa yang diungkapkan Abdullah Bin Mas’ud Radliyallahu Anhu : “Barangsiapa di antara kalian yang ingin mengambil sunnah, maka hendaklah ia mengambil sunnah dari orang yang sudah meninggal; sebab orang yang masih hidup tidak aman dari fitnah; mereka adalah para Sahabat Muhammad orang-orang paling utama dari umat ini; yang paling jernih hatinya, paling dalam ilmunya dan orang-orang yang tidak pernah melakukan kepura–puraan, satu kaum yang Allah memilih mereka untuk menemani NabiNya dan menegakkan agamaNya, maka hendaklah kalian mengetahui keutamaan mereka dan jadikanlah mereka sebagai panutan bagi kalian di setiap napak tilas mereka, hendaklah kalian berpegang teguh pada akhlaq dan agama mereka semampu kalian karena sesungguhnya mereka berada dan berjalan di atas  jalan yang lurus ”. Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam kitab Al Jami’, nomer (1810).

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

« »